Sabtu, 02 Februari 2008

Mental Raja



Bukannya saya tidak setuju ataupun tidak senang dengan remunerasi DEPKEU. Bahkan jantung saya dan istri sampai "deg-deg" keras saat mengetahui nanti kami akan mendapatkan penghasilan yang belum pernah saya terima sebelumnya. Istri saya sudah membayangkan dan memimpikan dalam tahun 2008 ini kami akan mampu membeli rumah sederhana di pinggiran Jakarta berkat remunerasi Depkeu dengan fasilitas KPR ataupun Kredit Komersial Bank:) Rasanya sudah tidak sabar menunggu impian itu terwujud (amin1000X). Maklumlah, sudah 10 tahun jadi PNS Depkeu masih belum mampu membeli rumah sederhana sehat alias masih status "kontraktor" :).

Tapi melihat apa yang kita (para pegawai negeri) telah lakukan dan sedang dilakukan, rasanya tidak pantas dan malu menerima penghasilan yang lumayan besar (ukuran saya). Bagi PNS yang memang kinerjanya luar biasa dan memberi manfaat yang besar bagi rakyat (masyarakat), remunerasi itu sangat pantas. Tapi mungkin realitanya belum seperti yang diharapkan.

Melihat beberapa pihak di negara ini yang sibuk mencari keuntungan buat diri sendiri tanpa memperdulikan kemampuan negara, rakyat dan realita, saya jadi teringat cuplikan kalimat dari situs yang membahas tentang keuangan negara yang kurang lebih (kalo gak salah) menyebutkan bahwa anggaran negara itu berawal dari SANG RAJA MINTA UANG.

Sepintas keadaan negara ini memang mirip kerajaan dibanding sebuah republik yang demokratis. Para pejabat dan aparat negara kebanyakan bertingkah seperti raja dan bangsawan. Mental yang ditonjolkan sehari2 adalah mental raja dan bangsawan. Saya yang berkuasa, saya yang punya, saya minta, saya harus dapat!!!

Seorang raja kalo menginginkan sesuatu maka harus dipenuhi. Entah Gaji puluhan hingga ratusan juta, rumah dinas, laptop, kulkas, uang legislasi, perjalanan dinas, proyek, tangkap itu, tangkap ini dan banyak lagi dan sebagainya. Kalo tidak dipenuhi maka konsekuensinya selalu ada dan bisa gawat.

Kebalikannya, seorang raja/bangsawan cenderung tidak perduli dengan rakyat jelata disekitarnya. Gimana mau perduli? Para raja/bangsawan tinggal di istana marmer dengan tembok tinggi, kamera pengawas, satpam, bodyguard dan anjing bulldog penjaga. Para raja/bangsawan setelah kekenyangan lalu menonton sinetron, main band, karaoke, plesir dan senang2. Setelah cape' sang raja/bangsawan mengantuk dan tertidur dikasur dan bantalnya yang empuk dengan hembusan AC yang sejuk, atau tidur di mobil, pesawat atau kapal pesiarnya yang mewah. Sang raja/bangsawan kemudian bangun karena merasa lapar dan ingin makan. Raja tinggal perintah dan minta, makanan & minuman yang mewah pun sudah berpindah ke dalam perut.

Sementara itu rakyat banyak yang kelaparan, busung lapar, bodoh karena tidak sekolah, dianiaya majikannya, dihukum mati, dipancung, menjadi "p" karena ekonomi, sakit yang tidak sembuh, sakit berjamaah (malaria, dbd, etc), dan tinggal menunggu takdir selanjutnya yang entah baik entah buruk. Mereka tidak bisa berharap lagi dengan sang raja dan para bangsawan.

Tapi hal ini tidak terjadi lho saat sang raja dan bangsawannya seperti Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis, dan mereka yang perduli dengan rakyatnya. Tapi mungkinkah???

Tanpa sadar sekarang saya juga seorang bangsawan ya? Pantaskah???